
Jawab salah seorang daripada mereka, dalam bentuk soalan juga, "Kenangan bagaimana?"
"Kenangan, maksud saya foto-foto ketika sekolah rendah," jawab saya.
"Mestilah ada, banyak," jawab seorang lagi.
"Ambil gambar ketika sekolah rendah perkara biasalah," kata seorang di sebelah saya.
Saya diam.
"Kenapa?" tanya salah seorang daripada tiga.
"Saya tidak ada sekeping pun foto ketika sekolah rendah," jawab saya, keadaan ini salah satu sebab saya membeli kamera meskipun ia kamera murah ketika di sekolah menengah sehingga hari ini.
"Awak tak curigakah kenapa tidak ada foto sekolah rendah?" tanya satu di depan mata.
"Kenapa?" soalan yang sama daripada mereka saya ulang kata semula.
"Manalah tahu kenangan sekolah saudara itu adalah memori yang dimasukkan. Mungkin saudara bayi dalam kebuk sehingga dewasa. Kemudian dimasukkan segala macam memori ketika sekolah rendah," katanya tenang sambil mengunyah buah laici dari dalam gelas besar.
"Tak mustahilkan," balas yang lain.

Sah, mereka terpengaruh dengan filem Push. Bahawasanya manusia tanpa koleksi foto kehidupan adalah manusia yang ditipu dengan memori palsu yang dimasukkan ke dalam kepalanya.
Apa yang disangka benar hari ini sebenarnya ilusi.

Ulasan
adakala foto tidak membawa makna.
Saya sering merasa merajuk dengan zaman kanak-kanak kerana dunia saya hanya rumah-sekolah tanpa rasa akrab dengan rakan sebaya. Selain buku-buku cerita, adik2 di rumah yang menjadi teman saya.